07 May 2008

bertemu cinta lama

“Hoi jelek, ntar malam ‘ngapain? **** mau ketemu, ‘ngantarin undangan”

Tersenyum-senyum aku membaca pesan singkat di layar handphone’ku. Siapa lagi yang manggil aku ‘jelek’ kalau bukan ****, seseorang dari masa laluku. Masa lalu? Belum terlalu lama rasanya masa itu berlalu.

Dialah laki-laki yang pernah mengisi hari-hariku kurang lebih 4 tahun lalu. Pertemuan pertama kami kalau tidak salah sekitar Juli atau Agustus 2004, aku pun lupa. ’Bertemu’ secara gak sengaja di salah satu situs pertemanan yang kala itu sedang ’booming-boomingnya’. ’Ngakunya sih dia kakak kelasku waktu SMA, tapi aku gak ingat dia kakak kelas yang mana. Setelah 2 bulanan baru aku ingat, ternyata dia si **** yang dulu sering kulihat berdiri di bawah tangga, setiap kali aku mau naik ke kelasku di lantai 2, kelasnya ada di lantai dasar, tepat di bawah tangga itu. Dan ’ngakunya lagi, dari SMA uda ’ngecengin aku, tapi gak berani dekatin karena katanya aku too high too reach. Halah! Makanya dia ’ngelakuin kebiasaan itu, menunggu aku setiap pagi di depan pintu kelasnya-di bawah tangga, sekadar untuk melihatku naik ke kelasku. Sooo sweeet,,, :)

Jadilah kami keep in touch sejak pertemuan itu, awalnya masih kirim-kiriman message dan testimonial di situs itu, sampai SMS-an di handphone, sampai akhirnya dia sering menelponku. Waktu itu aku selalu ’deg-degan dan happy banget kalau terima telpon, dan di layar HPku tertulis ’unknown’, karena aku tau dia yang menelpon dari seberang sana (gak tau kenapa, walau no.nya uda ku’save di Hpku, tapi gak kebaca. Katanya sih kalau nelpon dari ’negeri seberang’ itu memang begitu). Dia saat itu sedang kuliah di salah satu Universitas terbaik di negeri tetangga.

Begitulah akhirnya kisah kami bergulir. Semakin ’dekat’ lewat multimedia. Dibilang pacaran tapi kok gak pernah berkomitmen, dibilang gak pacaran tapi kok selalu mengungkap rasa sayang dan kangen. Semakin tergantung satu sama lain. Pertemuan ’pertama’ kami terjadi pada Desember 2005. Tak ada rasa canggung layaknya orang yang tak pernah bertemu. Malah setelah pertemuan itu kami semakin dekat layaknya orang berpacaran. Begitu pun setelah dia kembali lagi ke ’negeri seberang’. Tetap tak ada komitmen. Mengalir begitu saja. Jauh di lubuk hatiku aku ingin sekali menanyakan status kami, tapi aku tak terlalu memaksakan diri, karena perbedaan keyakinan kami.

Setelah aku merasa yakin bahwa hubungan kami tidak akan bisa dibawa kemana-mana, akhirnya kuputuskan untuk melupakannya dan mulai belajar menerima lelaki lain. Sedih memang, karena aku sadar betul kalau aku mencintainya, tapi aku gak mau terlalu memperjuangkan hubungan yang satu ini, karena aku tau gak akan ada gunanya. Bagiku masalah keyakinan kepada Tuhan adalah hal yang terutama (siapa suruh memulai kalau uda tau gak bisa??? ^_^ )

Telepon, SMS, masih aku terima darinya, tapi uda gak sesering dulu lagi. Sepertinya dia cukup menghargai keputusanku, dan menerima kalau aku uda punya pacar lagi. Begitu juga dengan dia.
Sampai,,, akhirnya kami bertemu malam itu. Dia menjemputku di Mal Ambassador, karena aku harus menunaikan dulu pekerjaan yang sudah kutunda-kutunda: belanja bulanan!
Dia masih seperti yang dulu, tinggi, gagah, badannya lebih berisi (mungkin fitness terus kali ya demi hari besarnya ^_^) dengan santai dia menyapaku seraya mengambil plastik belanjaan dari tanganku. Hm,,,tetap gentle seperti biasanya :)
”Apa kabar kamu jelek?” itu kalimat pertamanya.
Kami putuskan untuk melanjutkan pertemuan di Menteng, salah satu tempat favorite kami setiap dia datang ke Jakarta. Dalam perjalanan dia memberiku undangan pernikahannya. Tanpa memintaku untuk datang, karena dia tau aku tak kan datang. Bukan karena apa-apa, pernikahannya diadakan bukan di Jakarta, tapi di kota kelahirannya, tempat aku dibesarkan. Sambil makan malam kami saling bercerita tentang kegiatan kami masing-masing. Tak lupa aku menanyakan calon istrinya. Persiapan pernikahannya. Dan kesiapannya menikah. Karena seingatku dia pernah bilang gak mau cepat nikah. Dia bilang ”**** uda yakin. Dibilang siap banget gak, dibilang gak siap juga enggak. Dihadapin ajalah!” aku tau dia uda mantap dengan keputusannya.
Tak ada rasa jealous, tak ada sayang dan cinta lagi yang kurasa. Yang ada hanyalah senang, seperti bertemu teman yang uda lama banget tak ada beritanya. Padahal kalau ingat dulu yah,,, tiap menyebut namanya aja aku uda kangennya minta ampun. Huahahahah! Begitulah cinta...

Sebelum tiba di depan rumahku, aku sempat bertanya ”Kamu mau kado apa untuk pernikahanmu?”
”Aaah,,, gak usahlah pake’ kado-kadoan” katanya tulus.
Akhirnya tibalah perpisahan itu. Aku ucapkan selamat padanya dan semoga berbahagia dengan pernikahannya. Mobilnya pun berlalu dari hadapanku. ”Selamat jalan cinta lama!” seruku dalam hati.

Selang setengah jam aku di rumah, masih melihat-lihat undangannya, 1 SMS kuterima ”Jelek, untuk kado pernikahannya, kamu aja deh dikotakin malam ini. Huehehehe.”
Lelaki tetap lekaki!


(Happy Wedding jelek!)



6 comments:

  1. Oalahh.. kisah cinta yang indah kak :D

    BTW, aku tau ttg kakak di Blog Tulang Monang.. Salut of u kakak. Bisa begitu bangga pada budaya Ibu :-)
    Proud to be batak.

    ReplyDelete
  2. hai gloria,
    thanks ya uda mampir ke blogku.
    Yup! c'mon, always say "Proud to be BATAK!" ^_^

    ReplyDelete
  3. Begitu saya baca tulisan ito. Dibenak saya terpikir, wah asyik juga nih blog. Gaya penulisannya bagus, lugas dan ber irama. Langsung deh saya klik Post a comment. Opss...ada error. Sepertinya untuk memberi komentar di blog ito bermasalah kalo pake Firefox. Pindah deh saya ke ie. Anyway saya tunggu tulisan ito berikutnya. Salam Hangat
    S. Nainggolan - Pontianak
    http://www.asaborneo.co.nr/

    ReplyDelete
  4. terima kasih Ito Nainggolan uda mau berkunjung ke blogku. Ya begitulah to, blogku ini masih sederhana banget, buatku yg penting bisa 'nulis' aja dulu, mengeluarkan yg ada di kepala ini ^_^. Ke depannya pasti akan diupdate terus kok.

    ReplyDelete
  5. Horas Ito/Kakak barang kali...
    Nama saya Nirwan Panggabean,sekarang ada di Bahamas,dekat Miami.
    Saya selalu rindu Indonesia terutama tarutung (Bapak dari Tarutung,Mama Jerman)dulu saya tinggal di Jakarta dan Makassar...
    Oh ya,cerita Ito clssic ya...biasa di Indo..beda agama..big deal..padahal disini hal seperti itu sudah nggak masalah.
    Tapi caranya pacaran di sini juga jauh berbeda...makanya kadang berpikiran cari pasangan dari halak kita...apa mungkin ya...?
    Horas Ito....
    Nirwan Panggabean- nirwanpang@yahoo.com
    Hp +1 242 6466245

    ReplyDelete
  6. Hi Nirwan,salam kenal ya.
    walaupun pernikahan beda agama biasa buat org lain, buatku sih gak biasa ya, yang namanya kapal berlayar di lautan luas nahkodanya harus 1 bukan? heheheh.tapi aku sangat respect dgn mereka yang bisa harmonis dengan pernikahan beda agama.
    sow, lagi nyari pacar halak kita nih? rajin2 aja bertandang ke blog2 habatahon. mudah2an ketemu ya ^_^

    mauliate

    ReplyDelete

Silahkan berkomentar apa saja ttg blogku.
Please jangan anonim**

Kindly leave ur comments here.
please don't be anonymous :-)

Many thanks ya ^_^