26 April 2008

terima kasih Tuhanku

Pagi ini aku dibangunkan oleh bunyi SMS di HP CDMA’ku,
“Lid, 'dah ke Inacraft belum? Pulang kantor aku mau ke sana lagi, sekitar jam 12-an”
Aaah, Sari kok ganggu aku pagi-pagi, ujarku dalam hati. Halah! ternyata uda jam 9 lewat 7 menit. Hoaaaah,,, sudah Sabtu lagi, enak banget bisa bangun siang begini, 'gak seperti biasa harus bangun pagi-pagi setelah bolak-balik mati'in alarm di HPku.
“Terima kasih Tuhan untuk pagi ini!” seruku sambil tersenyum. Pagi ini rasanya aku bersukacita sekali, entah kenapa sesak di dada yang biasa kurasa setiap aku terjaga dua bulan belakangan ini, seperti menguap hilang. No! bukan entah kenapa, aku tau jawabnya mengapa.
Langsung aku duduk di tempat tidurku, kuambil alkitab dan Manna Sorgawi, bahan saat teduhku. Apa kata Tuhan untukku hari ini?

Setelah membaca alkitab dan doa pagi, aku pun mulai beberes rumah. Yaaah, biasalah kalo wiken begini di rumah aku hanya sendiri (kalo bisa dibilang rumah, secara tinggalnya bersama ratusan penghuni unit lainnya :). Mbak Mitha, mysharemate, pulang ke rumah ortunya, 'gak ada assisten rumah tangga pula, yah,,, jadilah diriku ‘bersih-bersih’ sendiri hunian kami yang luasnya tak seberapa ini. Sambil aku mengerjakan itu semua, peristiwa beberapa hari yang lalu terus membayang di benakku. Peristiwa singkat yang sekaligus menjadi titik balik bagiku. Jawaban dari penantian dan kepedihanku beberapa bulan ini. Bukan pedih itu lagi yang akan kuceritakan, justru kelegaan di hati ini. Tentang penjelasannya, alasannya membuat keputusan itu, kondisinya, harapan dan doanya buatku, buat dia. Secara logika aku masih sulit menerima, jika saat ini aku, secara fisikku, tak bisa lagi bersamanya. Namun hatiku bisa memahami ini semua. Aku menghormati keputusannya. Aku tau ini bukan karena aku, tapi Tuhan yang menguatkanku, dan karena Tuhan teramat sayang padanya dan padaku. Lega sekali rasanya. Yang kurasa, seperti ada batu besar yang diangkat dari atas dadaku. Batu besar yang sekian lama menghimpitku, membuatku tidak kuasa berbuat apa-apa.

”Terima kasih Tuhanku!
Aku bisa seperti ini saat ini. Aku yang tidak sama lagi dengan aku beberapa hari lalu. Segala Puji Syukur hanya bagiMu!
Ternyata, aku bukan mencintai lelaki yang salah,,, dia yang lebih mencintaiMU daripada aku. Dia yang teramat sangat Kau sayangi,,, dia yang kembali mengingatkanku untuk berserah padaMu. Bertambah dalam cintaku padanya.
Terima kasih Tuhan untuk ketetapan hati ini. Tolong aku, biar 'gak ’off’ lagi, biar semangatku tetap menyala-nyala di dalamMU, hingga kebahagiaan yang sesungguhnya itu nyata kuterima.”


Di relung hatiku yang terdalam ada keyakinan, kisah ini belum berakhir.

16 April 2008

dedicated to 'LoVe'


Memang aku ‘tak s'lalu
Hadir dalam mimpi indahmu
Mungkin aku t’lah berlalu
Jadi kenangan yang ‘tak kau banggakan
Tapi bagiku cinta adalah harta yang tersimpan

Jejak langkah yang kau tinggal mendewasakan hatiku
Jejak langkah yang kau tinggal ‘tak kan pernah hilang s'lalu
Begitulah cintaku

Walau kau hanya singgah
Sekejap di cinta tulus ini
Tapi sangatlah berharga
Jadi kenangan yg aku banggakan
Maka bagiku cinta adalah harta yang ’kusimpan

Jejak langkah yang kau tinggal mendewasakan hatiku
Jejak langkah yang kau tinggal ‘tak kan pernah hilang s’lalu
Begitulah cintaku

S’lamat jalan kekasih
Temukan yang jauh lebih baik
Jangan pernah kau rasakan
Janji yang kau ucap padaku dulu

(Tohpati ft. Glenn Fredly)

15 April 2008

menepis bayangmu, cinta


Awalnya biasa saja
Satu yang terlintas di benakku ketika pertama kali bertemu denganmu

“Aku suka lelaki ini!
Tak lebih dari itu. Aku pun bertanya, ”Mengapa bisa? Jatuh cinta lagikah aku? Hanya karena seorang dia?”
Yang biasa menjadi ‘tak biasa, ketika ada rasa dan rindu yg mulai mendera. Tapi hati kecilku berkata, ”Stop! Tak boleh dari sekedar rasa suka”.
Aku pun kembali menganggapnya biasa. Lalu kau datang seketika, tanpa ada tanda-tanda, mengungkap semuanya, dengan segala cinta yang ada. Namun ’ku tau kau sungguh tersiksa.

Mengalirlah cerita
Sungguh indah! Luar biasa bahagia! Tak pernah ’kusangka. Cinta yang kupikir sudah sirna, ternyata masih ada, malah lebih dari sebelumnya. Jauh,,, lebih membuatku bahagia.
Aku... kita... Sejuta asa di depan sana.
Cintamu, bahagiamu, tawamu, karyamu, childish forever’mu, juga resahmu, tangismu dan sakitmu... mewarnai hari-hariku, hari-hari kita.

Akhir cerita cinta
Sampai suatu ketika, kau penggal kisah yang sedang terenda. Hanya selang satu hari saja dari rasa bahagia yang merona. Perih, nestapa, luka itu kembali basah. Yang ada hanya sesal dan selalu bertanya, ”Mengapa?” yang tak pernah ada habisnya. Kulakukan segala cara untuk bisa mengeringkannya. Tak ada jawabnya. Jauuuhhh, kau semakin jauh saja. Walau ketika ku berada ribuan mil jauhnya. Selalu saja, bayanganmu ada. Tak tau, ’ku ’tak tau harus bagaimana. Tak bisa apa-apa. Berpikir jernih saja aku ’tak kuasa, apalagi berkarya. ”Tuhaaannnn!!! Apa lagi ini? Tolong hamba,,, apakah akan ada lagi cinta? Atau hanya benci yang ada?” Sungguh, aku ’tak tau harus bagaimana. Hanya sesak di dada, setiap kali aku terjaga.
Sampai akhirnya satu jawaban terbersit di kepala ”Berhenti mencintainya, belajar membencinya” Sanggupkah? Masihkah ada cinta?




.......................
Aku harus mencoba
Untuk menepis semua
Kenangan yang terindah
Walau segalanya masih penuh asa

Semuanya ini,,,
Hanyalah sepenggal kisah kehidupan
Bagi kita berdua

Composed by Izur Muchtar

07 April 2008

sayang aku bukan ibunya


Senin pagi
Sayang, bangun yuk, mandi, sarapan, trus mami antar ke sekolah ya.
Ayo sayang, nanti telat loh. Mami kan harus ’ngantor juga.

Rabu siang
Sayangku, uda ma’em? PRnya uda dikerjain nak? Minta tolong Papi yang ajarin ya. Selese’in PRnya ya nak. Mami gak pulang malem kok hari ini. Janji deh. Jangan bobok dulu ya.

Jumat malam
Mybaby, bobok cama Mami cinih, besok pagi kita sarapan bareng di Olala Sarinah ya. Kita naek busway aja, biar kamu tau gimana rasanya naek busway. Kita bangunin Papi pagi-pagi ya, trus kita langsung jalan, jadi buswaynya belum terlalu rame. Malemnya kita temanin Papi kerja ya sayang.

Minggu pagi
Sweetheart, bangun yuk nak, kita ke Sekolah Minggu. Abis itu kita makan siang bareng teman-teman Mami di Ambasador ya,, ada Tante Ella, Tante Jo, Tulang Togi,, bakal rame deh pokoknya.

Sayangku,,, ............................
Mylittleangel,,, ...............................
Mybaby,,, ..............................

Sayangnya, aku bukan ibunya.

05 April 2008

andre sudah pergi

Sabtu, 04.04.08, 08.47 PM

“Kak, kamu di mana?” suara Papa di seberang sana.
”Di rumah pa. Kenapa Pa?” jawabku heran. Perasaan tadi pagi Papa baru telepon deh, tadi siang juga sempat email-email’an di kantor.
”Lagi ngapain? Kamu sehat kan?”
”Sehat Pa. Baru abis berenang, nih teman-teman masih pada di rumah.“
“Mama lagi di Rumah Sakit Advent. Andre tabrakan. Meninggal.
“Andre mana Pa?“ setengah teriakku.
”Tante Dewi. Andrenya Tante Dewi”
”Ooh, nabrak orang, trus meninggal Pa?” tanyaku lagi mulai panik.
”Andrenya yang meninggal!” suara Papa mulai meninggi.
”HAHHH??!!. KENAPA PA? GIMANA? KOK BISA?”
”Iya. Dia naik motor. Sempat lama gak ada yang nolong, kepalanya pecah.” suara Papa terdengar sendu.
Aku terdiam beberapa detik.
”Ya Tuhanku.Ya ampun,, kok bisa ya Pa?” masih tanyaku gak percaya.
“Tante dan Uda itu uda tau Pa? Aduh, gimana perasaan mereka ya?”
“Ya udah, nanti papa kabarin lagi ya. Sekarang mau nyusul Mama ke rumah sakit. Kamu hati-hati ya. Daag”
”Iya Pa” kataku setengah suara.

Andre Manurung, hanya itu yang kutau. Aku gak pernah tau nama panjangnya. Sepupuku dari pihak Mama. Mamanya, Tante Dewi, adik kandung Mamaku.
Aku gak terlalu dekat dengan sosok Andre. Yang aku ingat, Andre, anak ke-2 dari 3 bersaudara. Anak laki-laki paling besar di keluarganya. Saat ini dia kuliah di salah satu Universitas Swasta di Medan. Tinggal di rumah Ompungnya, bersama kakaknya, Dewi. Tadinya mereka semua tinggal di Tarutung, kota kabupaten di Sumatera Utara. Kurang lebih 6 jam waktu tempuh dari Medan. Tapi sekarang hanya Mama, Papa dan adik bungsunya, Indra, yang masih tinggal di Tarutung, karena Papanya, Uda’ku, Uda Manurung masih bertugas di sana.

Waktu Andre masih kecil (kayaknya belum 1 tahun umurnya waktu itu) pernah tinggal di rumahku di Medan. Mereka sekeluarga sempat meramaikan rumah mungil kami, waktu itu masih di Kapten Muslim, Medan. Tak terlalu lama memang. Hanya hitungan bulan. Lalu mereka pindah ke rumah mereka sendiri di daerah Mandala, Medan. Kemudian aku dengar mereka sudah menetap di Tarutung, mutasi kerja Uda Manurung.

Andre yang kukenal adalah Andre yang pendiam, tidak terlalu banyak bicara jika ada pertemuan keluarga (di Tarutung), malah tidak terlalu suka berkumpul seperti kebiasaan kami yang bersepupu banyak. Terakhir kali aku bertemu dengannya, sekitar tahun 2004, aku lupa tepatnya di bulan apa. Waktu itu aku liburan ke Medan, refreshing dulu sebelum nyelesain skripsi. Lalu aku diajak Mama ke Tarutung dan sempat singgah di rumahnya, dekat Lapo Sona, salah satu Lapo yang cukup terkenal di kota Tarutung. Kami gak terlalu banyak ngobrol waktu itu. Yang kuingat, dia sempat disuruh Mamanya membelikan kami sarapan, mie goreng Selecta-Chinnese Food yang cukup terkenal enak di Tarutung. Setelah itu dia langsung pergi, tanpa banyak bicara. Yang aku dengar dari Indra, saat itu dia sedang keranjingan trek-trekan kereta (motor kalau di Jakarta):)

Yah begitulah, gak terlalu banyak yang aku tau soal Andre.
Terakhir tadi yang kudengar dari Mama (sekitar jam 21.46) Andre sedang disuntik formalin. Akan disemayamkan di rumah Ompung dari pihak Papanya. Rencananya akan dimakamkan Minggu pagi. Ternyata tadi siang sepulang kuliah dia ditabrak lari (masih belum jelas juga siapa yang nabrak dan ditabrak) di daerah Petisah. Sempat lama dibiarkan begitu saja. Atas kebaikan beberapa pedagang kaki lima di situ, dia dibawa ke Rumah Sakit terdekat. Kemudian mereka yang menghubungi kakaknya, Dewi, setelah mereka cari tahu di Hpnya (Hp itupun katanya sekarang hilang:(. Dewi sempat merawat adiknya di ruang ICCU. Kalimat terakhir Andre sebelum pergi ”Wi,,, kepalaku sakit. Sakit kali...”. Andre pergi untuk selamanya sekitar jam setengah delapan malam.

Yang pasti, yang kurasakan saat ini,,, ah... Andre. Usiamu masih terlalu muda ’dek. Mungkin belum genap 21 tahun. Tapi kau sudah harus pergi, meninggalkan perih di hati Papa, Mama, Kakak, Adik dan keluarga besarmu.
Aku tak bisa bayangkan gimana perasaan Tante Dewi saat ini. Tanteku, Ibu yang melahirkanmu. Yang aku dengar dari Mama, Tante dan Uda masih on the way ke Medan. Dan kata Mamaku lagi, Tante sudah pingsan berkali-kali sejak mendengar ’kepergianmu’. Entahlah, aku belum sanggup menelponnya untuk sampaikan duka citaku. Mendengar suara parau Mamaku yang nangis sejak tadi saja sudah buatku kehilangan semangat untuk menikmati wikenku kali ini.

Selamat jalan Andre Manurung,,,
Mungkin aku akan lebih mengenalmu nanti,,, kelak.
Sampai bertemu lagi di Rumah Bapa.

Thank You LORD,
for everything You have done for my sweet brother, Andre.
Please forgive him.
I believe, he is living in Your Kingdom now, and forever.
Amen.

PS: Dibalik semua pedihku, ternyata masih ada pedih lain yang ternyata lebih pedih.
Aku mau terus bersyukur untuk semua kepedihan itu.





03 April 2008

kalo' aku 'langkahi' kakak gimana?

akhir tahun lalu jawabku, "No way!!! siapa yang duluan lahir dia yang duluan!"

awal tahun ini kataku, "Kalo memang uda serius dan yakin banget, silahkan.
'gak usah tungguin kakak, kayaknya kakak bakalan lama deh."


siapkah aku mempersiapkan pernikahan adik-adikku?

02 April 2008

can't get u out of my mind

Mimpi yang sama lagi.
'gak terlalu jelas,
yang 'kuingat hanya... ada kamu.
dan teriakanku " 'gak ada cara yg lebih baik apa selain ditelpon?
segampang itukah aku buatmu?"
aku,,, menyesal lagi, menangis lagi.

01 April 2008

melanggar janji

Sore begini enaknya ngapain ya?

Di luar hujan, dingin,, di kantor sepi, boz-boz lagi pada meeting di JW Marriot.
Kerjaan sih lagi lumayan banyak-- ada bahan yg ditungguin Mbak Lusi, blm aku selese'in juga, loh kok malah blogging?? :)

Pengen yang manis-manis dan hangat nih,, ngopi aaah... Ups!
Ngopi lagi?? tadi pagi setelah doa pagi, aku sudah berjanji utk tidak ngopi hari ini, seperti kebiasaanku setiap hari, minum 2 cangkir kopi 'opal' buatan coffeemaker'nya kantor, secangkir di pagi hari, sekitar jam 10an gitu, secangkir lagi di sore hari-sekitar jam 3-4an gitu.
Kalau aku rajin juga minum air putih sih 'gak apa-apa ya,, masalahnya aku paling males minum air putih nih. Makanya lagi coba mendisiplinkan diri, utk gak minum kopi setiap hari, paling enggak 2 hari sekali deh :)

Sow, sore ini,, aku sudah melanggar janji pada diri sendiri...mungkin kalo darahku bisa teriak dia akan bilang "Pliss LiDya,, tolong kasih aku air yang jernih donk, butek nih kena kopi terus". heheheh..

Bisa kasih aku saran untuk mengurangi 'ngopi?

welcome!

akhirnya,,
Setelah sekian lama dipikirkan (dan bertanya pada tutorku "Thanks Johana May") jadilah blog ini.
Blog ini nantinya akan berisikan cerita kehidupan sehari-hari, yang terinspirasi dari pengalamanku sendiri, orang-orang di sekitarku, apa yang kulihat dan kudengar, atau apa sajalah yang ingin kuceritakan :)

Silahkan lihat-lihat, silahkan meninggalkan comment, silahkan mem'forward ke yang lain, tapi jangan lupa mencantumkan source'nya ya.

Regards,
lidyanata