27 May 2008

CHIC'ers talk

Wella, Vero, Candra Widanarko, Lidya, Suzan



Senin malam kemaren aku menghadiri acara kumpul-kumpulnya salah satu majalah perempuan terkemuka di Indonesia. Kok bisa?
Jumat sore via telepon, Mbak Tetty, Sekretaris Redaksi majalah tsb mengundangku
“Mbak Lidya salah seorang pembaca yang terpilih untuk bertemu dengan PemRed kami.
Ya,,, semacam gathering gitu lah. Confirmed datang kan ya Mbak?”
Jadilah aku berada di Plasa Senayan kemaren malam. Tadinya sih uda males-malesan ikutan karena batukku yang gak bisa diajak kompromi, sampai-sampai suaraku parau. Meskipun kata teman-teman tambah sexy, teteup aja aku gak sudi berbatuk ria begini:(

Aku tiba di Lobby PS tepat 5 menit sebelum acara dimulai. Satu SMS masuk di henponku
”Hai Lidya! Saya Candra. Sampe ketemu di Bakerzin PS ya. Saya di sofa pojoknya ya.”
Okay. Ternyata mereka tepat waktu.
Celingak-celinguk aku mencari si pengirim SMS di café yang saat itu ruame banget. Dua orang perempuan kutemukan di sudut café. Yang satu cukup familiar bagiku.
“Allow,,, Mbak Candra ya? Aku Lidya”, sapaku sambil menyalamnya. Oh ini toh sang Chief Editor májalah CHIC, yang ‘kutemui’ tiap 2 minggu sekali di kolom Editor’s note, lengkap dengan mug kebanggaannya.
Ternyata ’customer gathering’ sore itu pertama kali mereka lakukan. Tujuannya untuk kenal lebih jauh dengan pelanggan tetap mereka, sekaligus cari tau gimana sih sebenarnya karakteristik pembacanya (=pelanggan) CHIC. Dan ternyata juga, aku bisa berada di pertemuan itu karena hasil ’cap cip cup’ mereka di antara ratusan nama pelanggan di Jabodetabek. Milih secara acak gitu deh...

Pertemuan sore itu semakin menarik setelah 3 perempuan lagi ikutan nimbrung. Mereka juga hasil ’cap cip cup’nya mbak Candra & team. Tiga perempuan itu adalah Suzan dan Mbak Wella (yang menamakan dirinya ’Roker=ROmbongan KEReta’ Bekasi), dan satunya lagi Vero. Yang termuda Suzan, 23 tahun, sekretaris di salah satu Oil Company di bilangan Kuningan. Mbak Vero dan ’si Chipmunk’ Mbak Wella (suara dan tingkah lakunya emang lucu banget kayak tokoh-tokoh Chipmunk :) bekerja di kantor yang sama di daerah Sudirman.
Topik pembicaraan sore itu mengenai dunia perempuan bekerja. Mbak Candra meng’interview’ kami bergantian (dengan gaya santai dan isengnya Mbak Candra tentunya ya) tentang jobdesc di kantor, lingkungan kerja, perlakuan bos dan ada atau enggaknya public enemy di kantor. Juga penilaian dan pendapat kami tentang majalah CHIC, artikel-artikel apa yang kami suka dan tidak suka, bla bla bla mengenai CHIC. Yang menarik ketika tiba pada pertanyaan ”Mau jadi apa kamu 5 tahun ke depan?” Pertanyaan yang simple memang, tapi membuatku berpikir cukup lama. Ada yang bilang ingin sudah berkeluarga, ada yang jawab ingin travelling around the world, ada yang menyahut pokoknya jadi lebih baik deh. Dan jawabku ”Aku pengen sudah punya anak minimal 1, dapat posisi yang lebih baik dari sekarang di kantor, dan usahaku sudah running well”. Simple bukan??? Kalimat terakhirku menggoda Mbak Candra untuk bertanya ”Emang kamu punya bisnis apa Lid?”
Jadilah aku sedikit buka rahasia dapur mengenai rencanaku dan teman-teman untuk mempopulerkan ULOS dan pernak-pernik BATAK itu:)


Aku cukup menikmati suasana sore hingga malam itu. Ternyata perempuan di mana-mana saja ya. Walaupun kami dari background yang berbeda-beda, tapi bisa cepat ‘nyambung, apalagi kalau sudah membicarakan 1 mahluk yang bernama LAKI-LAKI ^_^

Tiba di akhir pertemuan,,, saling bertukar alamat email, no.telepon dan… poto-poto*whuahahahah… Kalau yang ini memang gak mungkin dilewatkan. Walau gak ada satu orang pun diantara kami yang bawa DigiCam, tetap aja take photo dilakukan berulang kali dengan memberdayakan Henpon.*whuehehe.
O iya,,, 1 lagi kesimpulanku dari pertemuan itu, ternyata semua perempuan sama! gak pernah mau kelihatan jelek kalo di’photo!*hahahaha… VIVA perempuan!







21 May 2008

percakapan tadi malam

Teringat percakapan di meja makan tadi malam.
Mungkin kata sahabatku ini benar.

"... Kau berserah hanya di mulut, 'gak dari hati.
Makanya belum kau dapat juga. Kau perempuan hebat, potensial,,,
cantik, pintar, friendly, kerjaan bagus, dicintai banyak orang. Tapi kau belum menyadari semua potensi itu. Orang lain yang liat. C'mon! Wake up! Aku kayak 'gak mengenalmu sekarang. Ini bukan kau yang biasanya. Untuk apa buang waktu untuk yang 'gak pasti. Sementara banyak laki-laki di luar sana yang menunggumu. Sudahlah,,, Kenanglah kalau kalian saling mencintai. Aku tau, kau 'tak kan mungkin melupakannya. Cukup! Jangan lebih dari itu. Sayang waktumu..."

Masalahnya kawan, kau 'tak tau apa yang di dasar hatiku ini. Sudah kucoba berbagai cara, baliknya ke situ-situ lagi. Sudahlah,,, kita lihat saja apa yang akan terjadi nanti. Siapa yang bisa memenangkan hati ini. Aku pun 'tak berharap banyak. Letih sudah. Siapa juga yang mau terus begini? Berdoa saja untukku.

Terima kasih sahabatku, aku tau ini karna cintamu padaku.

Luv u garnisela!


17 May 2008

kata hatiku malam ini

"u donno what u got 'till it's gone.
the truth is... I miss u like hell!"




gelisah
resah
masih bertanya
pasrah
hanya bisa berdoa







13 May 2008

'dipanggil' halaman rumahku



Mimpi tentangnya lagi.

Sepertinya aku berada di sana. Hamparan luas,,, hijau,,, rumput yang basah,,,kerbau-kerbau memamah biak. Aaah, di sanakah aku?
Aku berlari,,, terus berlari, semakin tinggi. Di bukit rumput itukah aku?


Benar! Di depanku seperti ada tembok yang besar dan tinggi sekali, gelap, seram!

Oh, ada air terjun kecil di depan sana. Benarkah aku di sana?
Aku harus membalikkan badanku.


Satu,,, dua,,, tidak! Aku takut! Tapi aku harus membuktikannya.
Satu,,, dua,,, tiga,,,
[sight]

IYA! Aku di sana! Ini nyata! Air,,, biru kehijauan,,, luas,,, pegunungan berbatas langit.
Perahu-perahu tampak keciiiilll sekali. Di hadapanku, terbentang danau itu,, indah sekali! Ternyata, aku berdiri di `halaman rumahku`.
Di depanku, ada danaumu, danauku.

Aku menangis lagi.

{pertanda apakah ini? Dipanggilkah aku?}


07 May 2008

bertemu cinta lama

“Hoi jelek, ntar malam ‘ngapain? **** mau ketemu, ‘ngantarin undangan”

Tersenyum-senyum aku membaca pesan singkat di layar handphone’ku. Siapa lagi yang manggil aku ‘jelek’ kalau bukan ****, seseorang dari masa laluku. Masa lalu? Belum terlalu lama rasanya masa itu berlalu.

Dialah laki-laki yang pernah mengisi hari-hariku kurang lebih 4 tahun lalu. Pertemuan pertama kami kalau tidak salah sekitar Juli atau Agustus 2004, aku pun lupa. ’Bertemu’ secara gak sengaja di salah satu situs pertemanan yang kala itu sedang ’booming-boomingnya’. ’Ngakunya sih dia kakak kelasku waktu SMA, tapi aku gak ingat dia kakak kelas yang mana. Setelah 2 bulanan baru aku ingat, ternyata dia si **** yang dulu sering kulihat berdiri di bawah tangga, setiap kali aku mau naik ke kelasku di lantai 2, kelasnya ada di lantai dasar, tepat di bawah tangga itu. Dan ’ngakunya lagi, dari SMA uda ’ngecengin aku, tapi gak berani dekatin karena katanya aku too high too reach. Halah! Makanya dia ’ngelakuin kebiasaan itu, menunggu aku setiap pagi di depan pintu kelasnya-di bawah tangga, sekadar untuk melihatku naik ke kelasku. Sooo sweeet,,, :)

Jadilah kami keep in touch sejak pertemuan itu, awalnya masih kirim-kiriman message dan testimonial di situs itu, sampai SMS-an di handphone, sampai akhirnya dia sering menelponku. Waktu itu aku selalu ’deg-degan dan happy banget kalau terima telpon, dan di layar HPku tertulis ’unknown’, karena aku tau dia yang menelpon dari seberang sana (gak tau kenapa, walau no.nya uda ku’save di Hpku, tapi gak kebaca. Katanya sih kalau nelpon dari ’negeri seberang’ itu memang begitu). Dia saat itu sedang kuliah di salah satu Universitas terbaik di negeri tetangga.

Begitulah akhirnya kisah kami bergulir. Semakin ’dekat’ lewat multimedia. Dibilang pacaran tapi kok gak pernah berkomitmen, dibilang gak pacaran tapi kok selalu mengungkap rasa sayang dan kangen. Semakin tergantung satu sama lain. Pertemuan ’pertama’ kami terjadi pada Desember 2005. Tak ada rasa canggung layaknya orang yang tak pernah bertemu. Malah setelah pertemuan itu kami semakin dekat layaknya orang berpacaran. Begitu pun setelah dia kembali lagi ke ’negeri seberang’. Tetap tak ada komitmen. Mengalir begitu saja. Jauh di lubuk hatiku aku ingin sekali menanyakan status kami, tapi aku tak terlalu memaksakan diri, karena perbedaan keyakinan kami.

Setelah aku merasa yakin bahwa hubungan kami tidak akan bisa dibawa kemana-mana, akhirnya kuputuskan untuk melupakannya dan mulai belajar menerima lelaki lain. Sedih memang, karena aku sadar betul kalau aku mencintainya, tapi aku gak mau terlalu memperjuangkan hubungan yang satu ini, karena aku tau gak akan ada gunanya. Bagiku masalah keyakinan kepada Tuhan adalah hal yang terutama (siapa suruh memulai kalau uda tau gak bisa??? ^_^ )

Telepon, SMS, masih aku terima darinya, tapi uda gak sesering dulu lagi. Sepertinya dia cukup menghargai keputusanku, dan menerima kalau aku uda punya pacar lagi. Begitu juga dengan dia.
Sampai,,, akhirnya kami bertemu malam itu. Dia menjemputku di Mal Ambassador, karena aku harus menunaikan dulu pekerjaan yang sudah kutunda-kutunda: belanja bulanan!
Dia masih seperti yang dulu, tinggi, gagah, badannya lebih berisi (mungkin fitness terus kali ya demi hari besarnya ^_^) dengan santai dia menyapaku seraya mengambil plastik belanjaan dari tanganku. Hm,,,tetap gentle seperti biasanya :)
”Apa kabar kamu jelek?” itu kalimat pertamanya.
Kami putuskan untuk melanjutkan pertemuan di Menteng, salah satu tempat favorite kami setiap dia datang ke Jakarta. Dalam perjalanan dia memberiku undangan pernikahannya. Tanpa memintaku untuk datang, karena dia tau aku tak kan datang. Bukan karena apa-apa, pernikahannya diadakan bukan di Jakarta, tapi di kota kelahirannya, tempat aku dibesarkan. Sambil makan malam kami saling bercerita tentang kegiatan kami masing-masing. Tak lupa aku menanyakan calon istrinya. Persiapan pernikahannya. Dan kesiapannya menikah. Karena seingatku dia pernah bilang gak mau cepat nikah. Dia bilang ”**** uda yakin. Dibilang siap banget gak, dibilang gak siap juga enggak. Dihadapin ajalah!” aku tau dia uda mantap dengan keputusannya.
Tak ada rasa jealous, tak ada sayang dan cinta lagi yang kurasa. Yang ada hanyalah senang, seperti bertemu teman yang uda lama banget tak ada beritanya. Padahal kalau ingat dulu yah,,, tiap menyebut namanya aja aku uda kangennya minta ampun. Huahahahah! Begitulah cinta...

Sebelum tiba di depan rumahku, aku sempat bertanya ”Kamu mau kado apa untuk pernikahanmu?”
”Aaah,,, gak usahlah pake’ kado-kadoan” katanya tulus.
Akhirnya tibalah perpisahan itu. Aku ucapkan selamat padanya dan semoga berbahagia dengan pernikahannya. Mobilnya pun berlalu dari hadapanku. ”Selamat jalan cinta lama!” seruku dalam hati.

Selang setengah jam aku di rumah, masih melihat-lihat undangannya, 1 SMS kuterima ”Jelek, untuk kado pernikahannya, kamu aja deh dikotakin malam ini. Huehehehe.”
Lelaki tetap lekaki!


(Happy Wedding jelek!)



02 May 2008

sejak kapan orang Malaysia pake' ULOS?



Setelah beberapa bulan ini saya pikirkan, akhirnya saya beranikan diri untuk me-reposting tulisan ini, di blogku sendiri ^_^

Selama ini saya tidak terlalu mengikuti perkembangan ULOS. Yang saya tahu, ULOS itu kain/pakaian adat batak, warisan nenek moyang kita, yang pemakaiannya tidak sembarangan. Lucunya, setelah saya mengalami kejadian yang menyesakkan (menurut saya), baru deh saya ‘heboh’ cari tahu mengenai ULOS.

Kejadiannya begini, beberapa minggu lalu saya ditugaskan oleh kantor ke Kuala Lumpur. Pada satu acara, kami disuguhkan kebudayaan yang katanya mewakili negeri-negeri yang ada di Malaysia. Awalnya sih biasa, yang mereka tampilkan adalah tari-tarian Melayu lengkap dengan pakaian khas Melayu, yg notabene persis dengan tarian dan pakaian Melayu kita. Diikuti dengan tarian dan pakaian adat yg mirip Dayak, okelah, saya pikir masih masuk akal. Yang biasa mulai menjadi tak biasa setelah mereka tampilkan ‘tarian menenun songket’ lengkap dengan kain songket yang persis sekali dengan songket Palembang.
Emosi saya mulai memuncak ketika mereka menampilkan suatu tarian, saya lupa mereka sebut itu tarian apa (sangking emosinya saya sudah tak terdengar lagi apa kata MCnya :( Yang pasti pakaian yang dikenakannya adalah ULOS, yang kalau saya tidak salah jenisnya ‘ragi hotang’, dengan tarian yang mirip dgn tortor, hanya tangan mereka tidak ‘manyomba’ di depan dada, tapi diletakkan di samping paha kiri dan kanan dan kakinya ‘manyerser’ -serser. Dengan bangganya mereka menampilkan tarian itu sebagai budaya mereka! Ironis sekali. Tadinya saya pikir hanya saya yang ‘noticed’ akan kejadian tersebut, ternyata ada seorang teman saya yang juga sadar “Eh Lid, baju lo dipake tuh!” dia tau saya orang BATAK-RED.

Sudah ada beberapa teman (baik BATAK dan nonBatak) yang mengiyakan kalau yang di foto itu adalah ULOS (menurut kalian para penari di atas memakai ULOS bukan?)

Apakah kejadian ‘BATIK’ akan terulang pada ULOS kita? Ini yang mengganggu pikiran saya sekarang.

(tulisan ini pernah saya muat di www.tanobatak.wordpress.com